Kita semua yakin mutlak bahwa al-Qur’an adalah sumber pertama dan utama segala praktik hidup seorang muslim. Lalu kita pun sepakat semua bahwa Rasulullah Muhammad Saw adalah penafsir sekaligus suri teladan paling kafah terhadap seluruh ajaran Islam yang dimaksudkan Allah Swt. Dari Rasulullah Saw inilah, kita kini mewarisi al-Qur’an dan sunnah-sunnahnya Saw.
Seluruh jalan dan cara berislam kita kini, dalam segala keragaman takwil, tafsir, dan mazhab, serta alirannya, tentulah semata sama-sama memaksudkan untuk menetapi Islam sebagaimana yang diwariskan Rasulullah Saw tersebut. Tetapi, tepat di detik yang sama, bentangan jarak dan masa yang luar biasa jauhnya antara kehidupan kita dengan masa awal Islam itu serentak menisbatkan kekhasan, keunikan, dan perbedaan yang pada dasarnya normal, amaliah, dan biasa belaka. Dan, kondisi riil inilah yang lantas menjadikan kita berbeda, unik, dan khas dalam memahami, mengamalkan, dan mempraktikkan Islam.
Maka di tangan setiap kitalah, wajah Islam yang watak asalinya adalah menebarkan welas asih dan kasih sayang cum kemaslahatan dan kemanusiaan kepada semesta ini, bukan hanya antarmuslim, bahkan antariman dan antarmakhluk, menjadi sangat ditentukan. Wajah ramah cum rahmat Islam akan menguar penuh senyum jika paham dan cara berislam kita pun ramah; pun sebaliknya, jika kita berislam dengan paham dan cara yang egois, menang-menangan, benar-benaran, dan pendek kata keras kepala terhadap sunnatuLlah kemajemukan dan dinamika zaman dan kahanan, Islam pun akan tampil dengan wajah yang pemarah.
Buku ini mengajak Anda untuk mengembangkan jalan berislam yang kritis rasional dalam memahami dan mempraktikkan warisan-warisan Rasulullah Saw tersebut dalam spirit kajian ilmu, utamanya ilmu Ushul Fiqh. Hanya melalui jalan ilmu yang bermoral dan bertanggung jawab, Islam akan senantiasa hadir dengan wajahnya yang ramah, humanis, sekaligus dinamis kepada seluruh realitas, kemajemukan, dan kemanusiaan. Inilah kiranya makna hakiki dari Islam yang rahmatan lil ‘alamin.