Peristiwa sejarah, betapapun suram, absurd, dan menyakitkan, perlu diungkap kembali sebagai bahan pelajaran yang tak ternilai harganya. Umat Islam pernah mengalami peristiwa paling memilukan sepeninggal Rasulullah, yakni serentetan fitnah politik yang menyebabkan terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Utsman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam yang memimpin umat sekitar 12 tahun. Enam tahun pertama, kepemimpinannya berjalan baik.
Ia melanjutkan perjuangan Abu Bakar dan Umar, dengan konsistensi dakwah, sifat amanah dan dermawan. Tak ayal, ia mendapat tempat di hati masyarakat. Enam tahun berikutnya, pola dan sistem kepemimpinan Utsman mulai berubah, termakan usianya yang senja. Banyak keputusan Utsman dipengaruhi kolega dekatnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas, cemburu, dendam hingga permusuhan di antara masyarakat.Dari benih-benih ketidakpuasan itulah muncul muara perpecahan pertama dalam umat Islam, yang dikenal dengan peristiwa Fitnah Kubra. Apa pasal? Peristiwa itu memicu serentetan peristiwa kelam, mulai dari Perang Jamal, Perang Siffin, sampai Tragedi Karbala, yang terjadi di abad permulaan sejarah Islam, seolah-olah membungkam kesadaran kolektif umat akan arti pentingnya semangat kebersamaan.
Buku Fitnah Kubra karya Syekh Taha Husein ditulis dari rujukan sejarah paling obyektif dan komprehensif. Dengan gaya bahasa reportase dan analisis historis mendalam, pembaca diajak mengarungi asal-muasal terjadinya Fitnah Kubra jilid pertama ini. Syekh Taha Husein merekonstruksi penggalan-penggalan sejarah yang tercecer dan menyatukannya menjadi narasi yang utuh sekaligus mengkritisi kekeliruan cerita yang beredar seputar Fitnah Kubra.