Tiga puluh tahun lalu, cendekiawan muslim Prof. Dr. HM Rasjidi mengingatkan bahaya penggunaan metode Orientalis dalam studi Islam di IAIN dan perguruan tinggi Islam lainnya. Nasihat dan peringatan Rasjidi itu tidak diperhatikan. Kini, peringatan Rasjidi menjadi kenyataan.
Dari kampus-kampus berlabel Islam bermunculan pemikiran dan gerakan 'aneh'. Dari IAIN Bandung, muncul teriakan yang menghebohkan, "Selamat bergabung di area bebas tuhan". Tahun 2004, IAIN Yogyakarta membuat sejarah baru dalam tradisi keilmuan Islam, dengan meluluskan sebuah tesis master yang menyerang kesucian dan otentisitas Al-Qur'an. Dari Fakultas Syariah IAIN Semarang, lahir jurnal yang menyerang Al-Qur'an dan memperjuangkan legalisasi perkawinan homoseksual.
Pluralisme agama dan relatvisme kebenaran--paham syirik modern yang menyerukan kebenaran semua agama-justru disebarkan dan diajarkan di lingkungan perguruan tinggi Islam. Dari UIN Jakarta, sejumlah dosennya justru menjadi pendukung gerakan perkawinan antaragama. Ada apa sebenarnya dengan kondisi dan arah studi Islam di perguruan tinggi Islam di Indonesia saat ini? Mengapa begitu mudahnya framework Orientalis dalam studi Islam menghegemoni wacana studi Islam?
Beberapa hal yang dibahas dalam buku islami Hegemoni Kristen-Islam dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi Barat ini:
• Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
• Problem Terminologis ‘Islam Inklusif’
• Kerancuan Inklusivisme atau Plurarisme
• Hermeneutika dan ‘Relativisme kebenaran’
• Kritik terhadap Hermeneutika Feminis