“Bila bejana kurang airnya, terguncang dan berbunyi. Jika penuh air dalam bejana, pasti tenang saat digendong. Itu saja bisa dianggap contoh, untuk apa sombongkan diri jika hasilnya ditertawakan orang?”
Itulah nasihat luhur yang disampaikan Raden Ngabehi Ranggawarsita dalam salah satu karyanya, Serat Wedharaga. Ya, dalam khazanah referensi kebudayaan, Jawa memang dikenal memiliki berbagai literatur sastra dengan gaya penulisan yang beragam dan unik. Sebut saja kitab, suluk, serat, dan babad yang bukan sekadar kumpulan barisan kalimat, tetapi ditulis dengan seni kesusastraan yang tinggi berupa tembang. Tembang ini disusun dalam bait-bait atau pada, misalnya pupuh, sinom, pangkur, pucung, asmaradhana, dan lain-lain.
Selain Serat Wedharaga, masih banyak karya lain yang berisi nasihat luhur dengan kandungan pesan moral tinggi yang diajarkan oleh leluhur orang Jawa. Sebut saja Serat Darmawasitha yang berisi tentang ajaran untuk mencapai keluarga sakinah atau Serat Centhini yang sangat masyhur hingga di luar negeri.