Bernama lengkap Abdul Aziz Izzuddin bin Abdissalam bin Abil Qosim bin al-Hasan bin Muhammad as-Sulami ad-Dimasyq al-Mishry as-Syafi’i. Ia lebih dikenal sebagai Izzuddin bin Abdussalam. Beliau merupakan ulama besar mazhab Syafi’i di abad ke-7 H.
- Lahir di Damaskus Irak pada tahun 577 H dan wafat pada tahun 660 H, dimakamkan di pekuburan al-Qarrafah al-Kubra, Mesir. Ia dibesarkan dari keluarga miskin dan serba kekurangan. Ia juga bukan seorang keturunan raja atau ulama besar. Tak banyak catatan sejarah yang menceritakan masa kecilnya.
Karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan ia baru bisa merasakan pendidikan di usia yang sudah tidak lagi muda. Ia pun setiap hari harus menginap di emperan Masjid Agung Umayah di Damaskus, karena tak punya bekal yang cukup. Namun beliau tetap menjalaninya dengan tekun dan sabar.
- Ada hal unik ketika beberapa kali syekh Izzuddin bin Abdussalam melakukan mandi besar karna mimpi basah di sebuah emperan masjid waktu malam hari dan saat itu cuaca sangat dingin sampai ia tak sadarkan diri. Berkat kegigihannya esoknya ia seakan mendapat futuh atau keterbukaan hati dari kejadian malam itu. Allah memberikan hidayah. Hatinya terasa begitu lapang. Hal itu ia buktikan dengan menghafal Kitab Tanbih karya Imam asy-Syairazi dalam waktu yang relatif singkat.
- Bahkan oleh muridnya, Syekh Ibnu Daqiqil ‘Id ia dijuluki sebagai Sulthonul Ulama, Raja para ulama. Hal ini mungkin dikarenakan kedalaman serta otoritasnya dalam keilmuan yang tidak diragukan.