-
Genre:
Sejarah & Budaya

Kalimantan Abad Ke-19

Kisah Para Pemburu Kepala
Karya

Carl Bock

"Sebagai dokumen historis, buku Carl Bock adalah representasi yang sangat berharga dari pandangan Eropa pada abad ke-19 tentang Borneo. Meskipun penuh dengan sensasionalisme yang khas pada era kolonial, narasi ini memberikan wawasan tentang imajinasi dan harapan yang dibawa oleh penjelajah pada masa itu."

— Prof. Dr. Robert H. W. Reece, Profesor Sejarah, Murdoch University, Australia (penulis kata pengantar untuk cetakan ulang tahun 1985).

PEMBAHASAN

I S I B U K U

. . .

Pada akhir abad ke-19, ketika dunia belum sepenuhnya terpetakan dan hutan Kalimantan masih membisikkan mitos dan ketakutan, seorang penjelajah Norwegia bernama Carl Bock menembus jantung rimba tropis Nusantara demi menjawab mandat ilmiah dan rasa ingin tahu yang meluap. Dalam buku ini, ia mencatat dengan cermat—dan sering kali getir—pengalaman menjelajah pedalaman Kalimantan, menyusuri sungai-sungai berlumpur, menginap di rumah-rumah penduduk lokal, dan berhadapan langsung dengan suku-suku yang dipandang dunia sebagai “Pemburu Kepala”.

Karya ini adalah dokumen penting era kolonial dan antropologi awal, sekaligus potret jujur tentang perjumpaan Barat dan Timur dalam suasana curiga, kagum, dan superioritas. Di dalamnya, kita akan menemukan arsip tentang ilmu pengetahuan dan penjelajahan Nusantara, peristiwa budaya, keindahan liar—alam serta penghuninya yang misterius.

. . .

SPESIFIKASI

BUKU

Bagaimana detail dan spesifikasi buku ini ?

Judul: Kalimantan Abad 19: Kisah Para Pemburu Kepala
Pengarang: Carl Bock
Penerjemah: Sushela M. Nur
Penerbit: IRCiSoD
Tebal: 406 hlm.
Jenis Cover: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Ukuran: 14x20 (cm)

. . .

TENTANG PENULIS

Siapa penulis buku yang sangat dicari oleh banyak orang ini ?

Carl Alfred Bock (1849–1932) adalah seorang penjelajah, penulis, dan naturalis berkebangsaan Norwegia. Ia dikenal luas atas ekspedisinya di Asia Tenggara pada akhir abad ke-19, khususnya ke pulau Borneo dan Sulawesi. Bock, yang pada awalnya bekerja untuk Lord Tweeddale sebagai naturalis dan kolektor spesimen, memiliki tujuan untuk mendokumentasikan flora, fauna, serta masyarakat adat yang belum banyak dikenal oleh dunia Barat. Ia juga dipekerjakan oleh pemerintah Belanda untuk melakukan riset etnografis, yang kemudian menjadi dasar dari buku-buku perjalanannya yang terkenal.
Ekspedisinya yang paling terkenal adalah ke Borneo pada tahun 1879–1880, di mana ia melakukan perjalanan ke pedalaman untuk mempelajari masyarakat Dayak. Selama perjalanannya ini, ia tidak hanya mengumpulkan spesimen hewan dan tumbuhan, tetapi juga membuat sketsa dan catatan rinci tentang kebudayaan, adat istiadat, dan bahkan praktik-praktik seperti headhunting (pengayauan) yang sensasional bagi audiens Eropa. Pengalamannya di Borneo inilah yang kemudian ia tuangkan dalam bukunya yang paling terkenal, "The Head-Hunters of Borneo" (1881), yang kaya akan ilustrasi berwarna dan detail etnografis.
Meskipun karya-karya Carl Bock memberikan pandangan yang berharga tentang Asia Tenggara pada masa itu, saat ini buku-bukunya juga dilihat dari perspektif kritis oleh para sejarawan dan antropolog. Narasi Bock seringkali dianggap mencerminkan bias kolonial, sensasionalisme, dan pandangan yang merendahkan terhadap masyarakat adat. Namun, terlepas dari kontroversi tersebut, buku-buku dan koleksi spesimennya tetap menjadi dokumen historis penting yang memberikan wawasan tentang pertemuan antara penjelajah Eropa dan budaya-budaya di Asia Tenggara pada abad ke-19.

. . .

APA KATA MEREKA?

Catatan perjalanan Bock memberikan detail yang kaya tentang fauna dan flora, serta deskripsi yang hidup mengenai adat istiadat dan kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Ilustrasi-ilustrasi yang cermat dan berwarna dalam buku ini adalah salah satu sumbangsih artistik yang luar biasa.
— Prof. James T. Collins, Ph.D., Ahli Bahasa dan Pakar Asia Tenggara, University of Hawaiʻi at Mānoa, Amerika Serikat.
Terlepas dari ketidakakuratannya, 'The Head-Hunters of Borneo' adalah salah satu teks kolonial yang paling sering dikutip untuk mempelajari bagaimana narasi dibentuk untuk memenuhi ekspektasi audiens di Eropa. Ini adalah studi kasus yang menarik tentang konstruksi naratif dan pertemuan kolonial.
— Prof. Mikko Toivanen, Ph.D., Peneliti dan Akademisi, Universitas Indonesia (pakar kajian kolonial).
Karya Carl Bock, dengan segala kerumitan dan biasnya, tetap menjadi sumber primer yang penting untuk memahami hubungan antara penjelajah Eropa dan masyarakat adat di Kalimantan pada periode tersebut. Ia menangkap semangat petualangan pada abad ke-19, yang meskipun bermasalah, adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah.
— Prof. Anna Lowenhaupt Tsing, Ph.D., Profesor Antropologi, University of California, Santa Cruz, Amerika Serikat (pakar antropologi global).

H A R G A

BUKU SPESIAL

Berapa Investasi Untuk Buku yang Penuh Manfaat ini ?

Khusus Untuk Pembelian hari ini kami memberikan Harga Spesial
Harga Normal

Rp. 225.000,-


Harga Promo


Rp. 175.000

------------

Buruan Ambil kesempatanmu sekarang juga, karena pemahaman dan wawasan sangatlah bernilai harganya

------------


Untuk Pemesanan Silahkan

Isi Form di Bawah ini:

Loading...

T E N A N G A J A..!!!

________


Buku yang kami jual 100% Original dan langsung dari penerbit.

Jika nanti yang Anda terima bukan Original, uang akan kami kembalikan 100% tanpa ribet


HATI-HATI BUKU MURAH TAPI KW/PALSU/FOTO KOPI

________

dibuat denganberdu