Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Lailatul Qadr adalah malam di bulan Ramadhan yang begitu istimewa. Perbandingannya hingga 1.000 bulan atau 30.000 kali malam biasa. Karenanya, hampir seluruh umat Islam mendamba dan memburunya, lebih-lebih di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Rasulullah menduga kuat bahwa Lailatul Qadr datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan (meskipun juga besar kemungkinan ia juga datang sebelum itu, bahkan di malam pertama Ramadhan). Dugaan Rasulullah ini dirasionalisasikan karena pada sepuluh malam terakhir Ramadhan diharapkan jiwa manusia yang telah berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan menemuinya.
Untuk menggapai Lailatul Qadr, ada dua hal yang diajarkan Rasulullah. Pertama, merenung. Dalam artian merenung untuk kesucian jiwa, baik untuk diri sendiri maupun untuk umum (masyarakat). Kedua, iktikaf. Iktikaf yang berarti berdiam di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah terlebih di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan, di mana Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Dalam iktikaf itu Rasulullah bertadarus, merenung, dan berdoa. Lalu, pada tanggal berapa pastinya para ulama bersepakat soal malam lailatul qadr? Siapa saja yang berhak mendapatkannya? Simak selengkapnya dalam buku ringkas ini.