Kategori:
Fantasi
Nyai Gowok
Novel Kamasutra dari Jawa
Karya
Budi Sardjono
"Novel ini mengajarkan tentang titik-titik tubuh perempuan atau seluk-beluk tubuh perempuan sensitif yang dapat membangkitkan gairah seksual sekaligus aktivitas pasca hubungan seksual."
—Dr. T. Pradani, M.Pd., dan Rasiah, M.Pd.
PEMBAHASAN
I S I B U K U
. . .
Dalam tradisi masyarakat Jawa tempo dulu, seorang remaja lelaki yang sudah disunat akan menjalani beberapa prosesi. Salah satunya adalah nyantrik pada seorang gowok. Gowok adalah perempuan yang akan mendidik remaja lelaki agar mengenal tentang seluk-beluk tubuh perempuan.
Konon, sebelum sampai di Jawa, gowok adalah tradisi dari istana di Tiongkok. Di Jawa, seorang wanita bernama Goo Wook Niang-lah yang mula-mula memperkenalkan cara mendidik remaja lelaki yang akan beranjak dewasa dengan diajak tinggal di rumahnya. Karena lidah orang Jawa sulit untuk melafalkan nama Goo Wook Niang, akhirnya mereka menemukan istilah yang mudah diingat, yaitu gowok.
Bagus Sasongko, seorang remaja lelaki yang baru saja disunat, anak seorang wedana di Randu Pitu, akan “diserahkan” pada Nyai Lindri. Seorang gowok. Melalui wanita inilah, Bagus Sasongko akan dididik menjadi lelaki dewasa.
Perjalanan Bagus Sasongko bersama Nyai Lindri membawa keduanya pada hubungan yang unik, penuh kasih, juga intrik yang datang dari seorang lelaki teman ayah Bagus Sasongko. Laki-laki yang sangat menginginkan Nyai Lindri.
Sebuah novel yang memotret budaya Jawa tempo dulu.
. . .
SPESIFIKASI
BUKU
Bagaimana detail dan spesifikasi buku ini ?
Judul: Nyai Gowok (Novel Kamasutra dari Jawa)
Penulis: Budi Sardjono
Penerbit: DIVA Press
ISBN: 978-602-255-721-0
Tebal: 332 hlm.
Ukuran: 14x20 (cm)
. . .
TENTANG PENULIS
Siapa penulis buku yang sangat dicari oleh banyak orang ini ?
Budi Sardjono adalah seorang penulis produktif yang lahir di Yogyakarta pada 6 September 1953. Sebagai penulis otodidak, ia telah menghasilkan berbagai karya fiksi, termasuk cerpen, novelet, novel, dan naskah sandiwara. Karya-karyanya sering dimuat di media massa seperti majalah sastra Horison, harian Kompas Minggu, serta majalah Sarinah, Femina, Kartini, Nova, Kedaulatan Rakyat Minggu, dan Minggu Pagi.
Beberapa buku kumpulan cerpennya yang telah terbit antara lain "Topeng Malaikat" (2005) dan "Dua Kado Bunuh Diri" (2005). Novelnya meliputi "Ojo Dumeh" (1997), "Selendang Kawung" (2002), "Angin Kering Gunungkidul" (2005), "Kabut dan Mimpi" (2005), "Sang Nyai" (2011), "Kembang Turi" (2011), "Api Merapi" (2012), "Roro Jonggrang" (2013), "Nyai Gowok" (2014), "Prau Layar ing Kali Code" (2018), dan "Prau Layar ing Kali Opak" (2019). Novel "Sang Nyai" memperoleh Penghargaan Sastra 2012 dari Balai Bahasa D.I. Yogyakarta, sementara "Prau Layar ing Kali Opak" masuk dalam 5 besar Lomba Mengarang Novel Bahasa Jawa Disbud DIY.
Sebelum menggunakan nama aslinya, Budi Sardjono dikenal dengan nama pena Agnes Yani Sardjono. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah BASIS atas ajakan Pater Dick Hartoko. Dalam proses kreatifnya, Budi terpengaruh oleh novelis Iwan Simatupang dan Boris Pasternak.
Selain menulis karya fiksi, Budi Sardjono juga menulis buku-buku motivasi dan rohani, seperti "Hidup Rasa Jeruk", "Doa Rasa Capucino" (2006), dan "7 Mukjizat Sehari Semalam" (2007).
. . .
APA KATA MEREKA?
““
““
H A R G A
BUKU SPESIAL
Berapa Investasi Untuk Buku yang Penuh Manfaat ini ?
------------
Buruan Ambil kesempatanmu sekarang juga, karena pemahaman dan wawasan sangatlah bernilai harganya
------------
T E N A N G A J A..!!!
________
Buku yang kami jual 100% Original dan langsung dari penerbit.
Jika nanti yang Anda terima bukan Original, uang akan kami kembalikan 100% tanpa ribet
HATI-HATI BUKU MURAH TAPI KW/PALSU/FOTO KOPI
________
dibuat denganberdu