(Filsafat, Tasawuf, dan Logika)
Al-Munqidz min adh-Dhalal adalah salah satu dari sekian banyak karya Imam al-Ghazali yang terkenal. Ini adalah buku autobiografi, tepatnya autobiografi pemikiran. Lewat buku ini, pembaca diberikan gambaran tentang sejarah pencarian Imam al-Ghazali terhadap kebenaran, juga gambaran lika-liku pencariannya yang heroik.
Buku ini ditulis di penghujung hidup Imam al-Ghazali, pasca penulisan Ihya’ ‘Ulumuddin. Dengan gaya penulisan yang singkat, padat, dan menawan, ia mengklasifikasikan empat golongan penjamin kebenaran: teolog, kaum batiniyah, filsuf, dan sufi. Menurutnya, kebenaran tidak mungkin keluar dari empat golongan ini.
Mula-mula ia memasuki ilmu kalam, tahap kedua mendalami epistemologi filsafat, ketiga mengikuti ajaran batiniyah, dan terakhir menempuh cara sebagaimana kaum sufi. Pengetahuan indra (filsuf) dan rasional (teolog-filsuf), juga pengetahuan yang diperoleh dari imam yang ma’sum (batiniyah), sama-sama ringkih, tak mampu mengobati penyakit pesimisme yang diderita oleh Imam al-Ghazali.
Adapun pengetahuan para kaum sufi terhindar dari cela. Ia pun berlabuh di situ hingga akhir hayat. Tersiar kabar bahwa di lokus sufisme ini, ia telah mencapai derajat paling tinggi, yakni dianugerahi kedudukan sebagai sultannya wali-wali Allah Swt., dengan gelar Quthbul ‘Ilm. Sehingga, dengan tegas ia menjamin bahwa kebenaran yang ia peluk bersifat mutlak.
Catatan Ngaji Logika Al-Ghazali
Mengapa mantiq amat penting untuk dipelajari? Ialah karena fungsinya sebagai ilmu alat.
Ketika ‘ilmu alat’ disebut, umumnya orang yang belajar ilmu-ilmu keislaman hari ini cenderung akan mengasosiasikannya dengan gramatika bahasa Arab, yakni nahwu (sintaksis) dan sharf (morfologi). Namun, khazanah klasik Islam menyebut mantiq sebagai ilmu alat juga. “Waba’du fal-manthiqu lil-janāni # nisbatuhu kan-naḥwi lil-lisāni”, demikian tulis Al-Akhdhari (w. 1575) dalam nazam As-Sullam al-Munawraq. “Mantiq bagi pikiran ialah seperti nahwu bagi bahasa.”
Lebih tegas lagi, di salah satu karyanya yang menjadi kitab babon dalam ushul fiqh, al-Mustashfā, al-Ghazali menyampaikan, “Man la yaḥīthu bih fala tsiqata bi’ulūmihi ashlan”. “Siapa tak menguasai mantiq, ilmunya tidak tepercaya.” Buku ini menghimpun catatan dari kajian terhadap Mi’yārul-‘Ilmi fil-Manthiq karya al-Ghazali dan ditambah dengan bacaan-bacaan lain untuk memperkaya. Sebagaimana tampak nanti setelah membaca buku ini, peran vital mantiq bahkan bukan saja terbatas pada fungsinya sebagai ilmu alat, melainkan juga pemberi dasar rasional bagi diktum-diktum akidah.