Kitab kuning, selama berabad-abad, merupakan simbol keilmuan Islam yang menjaga kesinambungan tradisi dan membentuk wajah peradaban umat di berbagai belahan dunia. Namun, ketika tafsir yang lahir dari konteks sejarah diperlakukan seolah-olah wahyu yang final, api ijtihad pun kian redup bahkan padam. Tradisi yang seharusnya hidup justru mati, sehingga agama kerap gagal menjawab keresahan manusia modern.
Buku ini hadir untuk mengurai kebuntuan-kebuntuan tersebut. Ia bukan seruan untuk meninggalkan warisan salafu? ??li?, melainkan ajakan menelusurinya lebih dalam—hingga menemukan makna Kalam Tuhan yang senantiasa hidup. Dengan pendekatan kritis sekaligus penuh penghormatan, penulis membuka ruang bagi tafsir yang tidak berpijak pada masa lalu, tetapi juga berani berdialog dengan realitas sosial, sains, humanisme, hingga problem kemanusiaan kontemporer.
Runtuhnya Teori Kitab Kuning mengajak pembaca melepaskan diri dari jebakan taklid, tanpa tercerabut dari akar ajaran Islam. Ia menyodorkan jalan tengah: kesetiaan pada tradisi sekaligus keberanian untuk menafsirkan ulang. Inilah undangan untuk berani berpikir jernih, menggugat batas-batas semu, dan kembali mendengar Kalam Tuhan yang hidup—firman yang senantiasa menuntun manusia menuju kebijaksanaan, keadilan, dan kasih.