Buku "Sang Pangeran dan Janissary Terakhir" mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam memimpin Perang Jawa (1825–1830), sebuah pertempuran epik melawan kolonialisme Belanda yang mengguncang pulau Jawa. Namun, kisah ini bukan hanya tentang peperangan, tetapi juga tentang persahabatan, cinta, dan konflik batin yang mendalam.
Di tengah-tengah panasnya pertempuran, Pangeran Diponegoro bertemu dengan seorang prajurit asing dari Kekaisaran Ottoman—seorang Janissary terakhir yang terdampar di Jawa. Hubungan antara dua tokoh ini, yang berasal dari dunia berbeda namun terikat oleh takdir, menjadi inti dari cerita ini. Melalui ikatan mereka, kita dibawa menyelami dilema pribadi Diponegoro sebagai pemimpin spiritual dan pejuang, serta kisah sang Janissary yang membawa tradisi, kehormatan, dan kisah cinta yang terpendam dari negeri jauh.
Selain berfokus pada strategi militer dan politik, buku ini juga menyoroti sisi humanis dari tokoh-tokoh sejarah. Pangeran Diponegoro digambarkan sebagai pemimpin yang karismatik, tetapi juga sebagai manusia dengan keraguan dan cinta yang terpendam. Sementara itu, sang Janissary adalah simbol dunia Islam yang jauh, tetapi memiliki relevansi yang kuat dalam perjuangan Diponegoro.
Melalui narasi yang kaya dengan detail sejarah dan drama emosional, "Sang Pangeran dan Janissary Terakhir" membawa pembaca ke masa lalu yang penuh gejolak, di mana perang bukan hanya tentang senjata, tetapi juga tentang keyakinan, pengkhianatan, dan cinta yang tak terucapkan.