Buku "Khatm al-Auliyâ`" (Segel Para Wali) adalah salah satu karya monumental dan paling berpengaruh dalam tradisi tasawuf, yang ditulis oleh seorang sufi dan ulama besar abad ke-9 Masehi, Syekh al-Hakim at-Tirmidzi (w. 255/869 H atau 320/932 H). Kitab ini dianggap sebagai salah satu teks paling penting dalam pengembangan konsep "khatm al-wilâyah" (penutup kewalian) dalam tasawuf, mirip dengan konsep khatm an-nubuwwah (penutup kenabian) dalam kenabian.
Dalam karyanya ini, at-Tirmidzi secara mendalam membahas hakikat wilayah (kewalian), tingkatan-tingkatan para wali, serta ciri-ciri dan karakteristik "wali terakhir" atau "penutup para wali". Ia berpendapat bahwa sebagaimana ada penutup kenabian (Nabi Muhammad SAW), ada pula penutup kewalian, yang menjadi puncak dan penyempurna dari silsilah para wali. Konsep ini kemudian menjadi bahan diskusi dan perdebatan penting di kalangan para sufi dan teolog sepanjang sejarah Islam.
At-Tirmidzi tidak hanya menguraikan teori kewalian, tetapi juga memaparkan jalan ruhani (suluk) yang harus ditempuh oleh seorang salik (penempuh jalan sufi) untuk mencapai tingkatan-tingkatan spiritual yang lebih tinggi. Ia membahas tentang pentingnya riyadhah (latihan spiritual), mujahadah (perjuangan melawan hawa nafsu), kesucian hati, dan hubungan seorang wali dengan Allah SWT.
Melalui "Khatm al-Auliyâ`", Syekh al-Hakim at-Tirmidzi memberikan wawasan yang sangat kaya tentang dimensi esoteris Islam, menegaskan bahwa kewalian adalah sebuah karunia ilahi yang membutuhkan pemahaman ilmu yang mendalam, praktik spiritual yang sungguh-sungguh, dan ketaatan yang sempurna terhadap syariat. Buku ini menjadi rujukan primer bagi para pengkaji tasawuf dan mereka yang ingin memahami hakikat wali dalam Islam.